Ara kijang janger
Janger kopyak kepong 2x
Kopyak sedeng
Kopyak kedopak kedopong 2x
Ara kijang jang jang
Jang jang jang jang 7x
Jajangi janger pong kopyak kepong
Jajangi janger kepong pong
Kopyak dopak pong pong pong
Kopyak dopak dopong sriak sriok
Ngiring mejangeran dijabetengahe
Ara kijang janger janger kopyak kepong 4x
(jika ada kesalahan tulis atau eja, mohon maaf! mohon dikoreksi agar tidak terjadi kesalah pahaman dan pengertian)
Billy Beatbox
Wednesday, January 11, 2012
Sunday, January 8, 2012
Settingan Gadget Beatbox
Wednesday, January 4, 2012
Turning Point
Pagi
itu aku harus ke kampus..
Waktu
itu kami masih tinggal di Mess Bahtera Suaka di jalan Raya Gunung sahari, aku,
Mama, Bapak, Jilly dan Susan kedua adikku.
Pagi itu
terasa lemas, iya.. aku belum sarapan.. bahkan belum makan dari semalam.. namun
Mama sudah menyediakan secangkir teh manis hangat. Iya, hanya itu yang kami
punya untuk mengisi perut kami yang lapar.
Sudah
beberapa bulan mama tidak bekerja lagi, Ia dipecat dari kantornya tanpa
prosedur yang jelas. Terpaksa gaji PNS Bapak yang hanya satu juta lima ratus
ribu rupiah musti dipakai untuk menghidupi kami berlima.tidak cukup, sementara Aku dan kedua adik-adikku kuliah.
Aku kebingungan,
terpaksa musti merogoh semua saku celana dan karton, hanya untuk mencari uang
seribu rupiah. Untuk ongkos ke kampus. Iya, aku musti ke kampus, UKI Cawang.
Pagi ini
terpaksa aku meminjam recehan lima puluh rupiah yang dikumpulkan Susan seharga
seribu rupiah. Bayangkan banyaknya dan penuh ketika di masukkan dalam saku
celana. Tidak boleh kurang dan tidak boleh ada yang terjatuh.
Aku ke
kampus. Menumpang pada Patas P2 jurusan Kota-Kampung rambutan. Ketika kondektur
Patas tersebut menghampiriku sambil membunyikan recehan uang di tangannya, kemudian
aku merogoh recehan lima puluh rupiah dari saku celana dan langsung memberikan semua
kepadanya.. seribu rupiah, ongkos Patas. Ternyata Kondektur tadi langsung
menertawaiku sambil berkata.. “ini Jakarta De! Duit gini sudah tidak berlaku..”
Hah!! Kemudian dia mengembalikannya dan berlalu dariku.. iya, aku kebingungan. Betapa
tidak, perasaan belum ada informasi dari badan keuangan Negara atau dari Bank
Indonesia yang menyatakan uang lima puluh perak sudah tidak berlaku lagi..
apalagi di Ibukota Negara. Sambil malu dan kebingungan aku menyimpan recehan
tadi kedalam saku celana.. yah mudah-mudahan di kampus nanti uang ini bisa diterima
untuk membeli kue atau jajanan yang bisa untuk menghilangkan rasa laparku.
Ketika
melintas Jatinegara, naik beberapa pengamen cilik.. mereka terlihat lusuh
dengan muka acak-acakan.. langsung bernyanyi dengan suara fals.. suara fals
mereka tidak menggangu aku.. soalnya aku lebih memikirkan apa yang akan aku
perbuat dengan recehan lima puluh perak ini.. untuk jajan? Untuk ongkos pulang
nanti? Ah…. Tapi aku lapar.. Ya Tuhan! Iya belakangan ini aku jarang makan, aku
musti jalan kaki dari kampus, cawang, hingga Gunung sahari.. itupun dengan
perut keroncongan..
Aku jadi
sering mengeluh.. mengapa TUHAN mengijinkan kita pindah ke Jakarta dan kemudian
musti menjalani hidup seperti ini.. makan susah, apalagi ongkos transport..
Rasanya
tidak adil ketika membandingkan hidup kami di Papua, sesusah-susahnya kami..
tetap ada makanan untuk dicicipi..
Tapi
kemudian perhatian aku terganggu oleh pengamen-pengamen cilik tadi.. mereka
tetap bernyanyi dengan suara falsnya.. tapi bukan itu.. aku kemudian menatap
mereka satu persatu..
Sejenak
aku berpikir.. hey, kenapa aku selalu mengeluh? Coba kau pikir Billy,
pengamen-pengamen ini.. punya orangtua kah mereka? Tinggal dimanakah mereka? Sudah
sarapankah mereka? Tidur diatas kasur empukkah mereka? Punya sanak saudarakah
mereka? Dan masih banyak pertanyaan di balik pikiran aku…
Aku tidak
akan mengeluh lagi.. soal apa yang akan aku makan dan semua yang aku kenakan,
semua yang mengkhawatirkan aku.. karena aku tahu TUHAN memelihara aku seperti
IA memelihara semua orang.
Billy
Tamnge
05/01/2012
"Sa mo jadi artis Kawan!"
Waktu kecil, kira-kira
umur 8 tahun.. Billy sedang bermain deng de pu sahabat dua, Koko dan Franky..
Tiba-tiba Koko tanya,
“eh… kalo kam dua su besar, kam mo jadi apa?’ trus Frengky bilang “Sa mo jadi
Pengusaha Kawan!” “Baru Billy ko mo jadi?” lanjut Koko, “sa mo jadi Artis!”
kata Billy. “Baru ko mo jadi?” kata Billy sambil melihat Koko.. “Sa mo jadi
Pegawai Pemerintahan!” Kata Koko sambil menaikan alisnya….
Beberapa tahun kemudian..
Saat itu aku menerima telepon
di tengah malam..
Terdenga suara di
seberang “Hallo.. Syalom Kawan, Ko su lupa
Sa ka?”
Iya aku ingat suara itu... Suara yang sering kudengar ketika aku di kota kelahiranku, Jayapura. suara yang sering menasihatiku, suara yang sering menceritakan hal-hal serius dan konyol.. mulai dari pembicaraan bersifat rohani sampai Jasmani.. hahaha.. iya, Suara Sahabatku! Koko..
Iya aku ingat suara itu... Suara yang sering kudengar ketika aku di kota kelahiranku, Jayapura. suara yang sering menasihatiku, suara yang sering menceritakan hal-hal serius dan konyol.. mulai dari pembicaraan bersifat rohani sampai Jasmani.. hahaha.. iya, Suara Sahabatku! Koko..
“Eh Kawan, masa sa lupa
tu.. trada ya..!”
Dan pembicaraan itu
berlanjut mulai dari bertanya kabar dan sampai pada..
“eh Kawan, ko masih ingat
dulu waktu tong kecil.. sa ada tanya, Kalo besar mau jadi apa?” kata Koko. “sa
lupa!” kata ku.
Ternyata Koko menelponku
hanya untuk memberitahu bahwa pembicaraan kita bertahun-tahun yang lalu, yang
menurut aku hanya pembicaraan anak-anak kecil.. justru menjadi kenyataan. Kini
Koko telah bekerja di salah satu Instansi Pemerintahan, dan Frangky sudah menjadi
Kontraktor.
Apa ini? Pikirku…
Apakah Tuhan bekerja
dengan caranya yang ajaib, ataukah obrolan kita semasa kecil itu diucapkan
dengan iman? Bahkan aku melupakannya..
Satu hal yang aku
percaya, TUHAN memelihara aku! Bahkan dalam masa-masa terburuk aku, ketika aku
jatuh di dasar yang terdalam.. Ketika aku melupakan DIA!
Billy Tamnge
04/01/2012
Subscribe to:
Posts (Atom)